Piet Pagau : Hidup dari Seni Peran sebagai Dayak Ganteng
Piet Pagau: artis Dayak legendaris yang menasional. sumber gambar: FB PP. |
LANDAK POST : Pagau. Siapa orang Kanayant, Landak, Mempawah, Pontianak dan sekitarnya tidak mengenal sosok tampan sekaligus tajir ini?
Bukan hanya orang Indonesia, melainkan warga Landak tentu mengenal artis yang pernah menjadi camat di pelosok wilayah Kalimantan Barat ini/
Ia urakng diri. Yang sudah betah hidup di Jakarta. Bukan sekadar hidup, tapi juga tajir karena dianugerahi gen "Dayah Ganteng", sebagaimana diungkapkan Tino Ame dalam lagunya yang hits dan viral itu.
Dayak ganteng, Dayak ganteeeeeeng!
Kami urakng Dayak sidi ganteng ganteeeeeeng!
Urakng Desa Batu Raya
Piet Pagau lahir pada tahun 1951 di Desa Batu Raya, Kecamatan Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.
Namanya dahulu, seperti Ibu Kartini, "harum". Menjadi terkenal ketika bermain dengan amat impresif dalam film "Mandau dan Asmara" (1977). Suatu seni pertunjukan, yang difilmkan di Kalimantan Barat, khususnya Pontianak, mulai populer.
Dari Pagau kita bisa memetik hikmah dan hikmat: mempunyai satu saja keunggulan, bisa diolah sedemikian rupa, menjadi: modal untuk hidup.
Karena film tersebut berlatar belakang wilayah tersebut, banyak artis lokal yang terlibat, termasuk Piet Pagau, yang merupakan keturunan Dayak.
Awalnya, Piet Pagau datang ke Jakarta untuk melakukan dubbing untuk film tersebut, tetapi kemudian ia terus berkarier di dunia hiburan.
Dia memiliki penampilan yang menarik dan fisik yang baik, serta pengalaman bermain sandiwara di atas panggung dan di RRI Pontianak. Hal ini membuatnya menjadi aktor yang terus berkarya di dunia film, bahkan hingga era sinetron saat ini.
Aktor pria favorit
Peran lelaki dengan kumis tebal menghias bibir sangat beragam. Mulai dari patih hingga profesional, dari bangsawan hingga rakyat biasa. Padahal, awalnya ia memulai karier dalam pemerintahan dalam negeri, lulus dari APDN pada tahun 1974, dan bekerja sebagai pegawai di kantor Pemda Kalbar dari tahun 1971 hingga 1976.
Posisi terakhirnya adalah di kantor Camat Batang Lupar, Lanjak, Kapuas Hulu. Sebelum akhirnya, Pagau memutuskan untuk pensiun dini. Lalu hijrah ke Jakarta mencari pengalaman serta mencari nafkah.
Sebagai seorang aktor, Pagau telah tampil dalam banyak film dan sinetron. Contohnya adalah "Nada-Nada Rindu" (1987), "Tutur Tinular" (1997), "Bidadari-Bidadari Surga" (2012), dan masih banyak lagi.
Hingga saat ini, Pagau masih aktif dalam industri film, terutama dalam film-film yang diproduksi pada tahun 2000-an, dan tetap eksis sebagai pemain sinetron dalam berbagai peran.
Piet Pagau menikah dengan penyanyi dan juga aktris, Rita Zahara, pada tanggal 30 September 1980. Mereka dikaruniai delapan anak.
Dari Pagau kita bisa memetik hikmah dan hikmat: mempunyai satu saja keunggulan, bisa diolah sedemikian rupa, menjadi: modal untuk hidup.
Tentu, ada "tetapi"-nya. Apa itu?
Tekun dan berkanjang pada bidang profesi
"Tekun, berkanjang, dan... fokus!" terang pemeran Prabu Jayakatwang yang penuh ketegangan dalam serial drama TV yang sangat menghibur, "Tutur Tinular" (1996-1999).
Hingga saat ini, Om Piet tetap aktif di dunia hiburan, sebagai aktor utama. Karya hiburan terbaru yang ia suguhkan adalah serial berjudul "Bangsal Isolasi" yang dirilis pada tahun 2024.
Selain itu, ada juga film berjudul "The Captain" yang masih dalam proses produksi dan belum dirilis.
(Rangkaya Bada)