Rumah Panjang Saham Berusia 149 Tahun
sumber gambar: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/dpk |
Rumah panjang adalah ciri khas hunian orang Dayak seusia dengan penduduk asli pulau Borneo. Dikenal dengan berbagai sebutan, sesuai dengan tempat, yakni: lamin, rumah panyae, betang, ladakng, atau radakng.
Di Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, terdapat sebuah struktur ikonik yang menjadi saksi bisu kekuatan dan ketahanan budaya Dayak, yaitu Rumah Betang Panjang Saham.
Terletak di Desa Saham, Kecamatan Sengah Temila, rumah panjang ini, juga dikenal dengan nama Radakng. Merupakan salah satu contoh paling menonjol dari rumah panjang Dayak yang masih berfungsi sebagai tempat tinggal aktif hingga kini.
Dibangun pada tahun 1875
Rumah Betang Panjang Saham dibangun pada tahun 1875, dan memiliki panjang yang mengesankan, mencapai 180,5 meter dan lebar 16,2 meter.
Struktur ini berdiri di atas tiang kayu ulin yang kokoh, dengan beberapa tiang menjulang hingga 4 meter.
Keberadaan tiang-tiang ini disesuaikan dengan kontur tanah berbukit di sekelilingnya, yaitu lereng Bukit Samahukng. Penggunaan kayu ulin, yang dikenal akan kekuatannya, memberikan daya tahan yang luar biasa, memastikan bahwa rumah ini tetap berdiri teguh selama lebih dari satu abad.
Awalnya, Rumah Betang Panjang Saham hanya memiliki satu bilik. Namun, seiring berjalannya waktu dan pertambahan anggota keluarga, rumah ini mengalami perkembangan yang signifikan. Pada tahun 1993, rumah ini telah mengalami penambahan bilik hingga mencapai total 33 bilik.
Penambahan bilik dilakukan di kedua sisi bilik utama, dengan ukuran yang bervariasi untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan penghuni. Penambahan terakhir pada tahun 1993 menandai perkembangan berkelanjutan dari struktur ini, menunjukkan adaptasi dan fleksibilitas rumah dalam memenuhi tuntutan hidup komunitasnya.
Rumah ini dirancang dengan memperhatikan berbagai fungsi sosial dan budaya. Teras yang luas (pante) tidak hanya digunakan untuk menjemur gabah, tetapi juga berfungsi sebagai ruang sosial untuk berbagai kegiatan.
Serambi (sami) berfungsi sebagai area untuk menyambut tamu, tempat bermain anak-anak, serta sebagai tempat bersantai dan menginap.
Struktur ini dilengkapi dengan 35 pintu dan tangga dengan ketinggian berbeda, yang memberikan akses mudah ke berbagai bagian rumah dan menambah fungsi serta kenyamanan.
Secara struktural, Rumah Betang Panjang Saham terbagi menjadi lima area utama: tangga, teras, serambi, ruang inti (bilik), dan dapur (jungkar).
Tangga untuk melindungi penghuni
Pada masa lalu, hanya ada satu tangga yang bisa ditarik ke atas untuk melindungi penghuni dari ancaman hewan buas dan serangan musuh, menandakan betapa pentingnya aspek pertahanan dalam desain rumah ini.
Hingga saat ini, Rumah Betang Panjang Saham masih berfungsi sebagai tempat tinggal bagi masyarakat Dayak Kanayatn.
Kehidupan komunal di rumah panjang ini memungkinkan setiap anggota komunitas untuk saling mengenal dan berinteraksi dengan lebih dekat.
Struktur sosial dan hubungan kerabat yang terjalin di dalam rumah panjang ini menjadi bukti betapa pentingnya keberadaan rumah panjang dalam mempertahankan identitas dan budaya masyarakat Dayak.
Berbeda dengan beberapa rumah panjang lainnya yang kini hanya berfungsi sebagai struktur fisik tanpa penghuni,
Rumah Betang Panjang Saham terus aktif sebagai pusat kehidupan. Ini mencerminkan kekuatan dan kekompakan masyarakat Dayak yang terjaga melalui pelestarian tradisi dan nilai-nilai adat. Rumah panjang Dayak bukan hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai pusat budaya dan sosial yang mengikat komunitas.
Tempat dibangunnya tradisi dan hukum
Di dalam rumah panjang, terdapat berbagai elemen budaya penting dalam kehidupan masyarakat Dayak, seperti betang (rumah panjang besar), ruma' kadang (rumah keluarga), huma betang (tanah pertanian komunal), dan petak (ruang publik).
Tradisi dan hukum adat yang berlaku di kalangan masyarakat Dayak mengatur segala aspek kehidupan dan harus dihormati serta dipatuhi.
Solidaritas dan jaringan sosial yang luas, sering dianggap "gaib" oleh pihak luar, berfungsi untuk menguatkan ikatan antar anggota masyarakat Dayak, baik di dalam komunitas maupun ke luar daerah.
Meskipun kehidupan di rumah panjang tampak sangat komunal, terdapat pembagian jelas antara ruang privat dan publik.
Ruang privat, seperti bilek (rumah keluarga), memberikan tempat untuk privasi, sementara ruang publik, seperti los dan soa, berfungsi sebagai area untuk interaksi sosial, pertemuan, dan kegiatan bersama.
Struktur ini menunjukkan bahwa meskipun hidup dalam satu bangunan besar, kebutuhan akan privasi dan interaksi sosial tetap diperhatikan.
Rumah Betang Panjang Saham bukan hanya simbol dari kekuatan budaya Dayak tetapi juga contoh nyata dari kehidupan komunal yang berkelanjutan dan harmonis.
Pelestarian tradisi dan nilai-nilai adat yang terkandung dalam rumah panjang ini memastikan bahwa budaya Dayak tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman.
-- Rangkaya Bada